Sepanjang sejarah dunia, beragam wabah yang mencekam pernah menghantui ummat manusia. Wajar bila seorang Jared Diamond (Guns, Germs & Steel, 2013) pernah berkata: perjalanan peradaban manusia melawan wabah adalah pertempuran yang tak pernah usai.

Pada dasarnya, kata Diamond, mikroba (virus, bakteri, dan kuman) berevolusi seperti “spesies-spesies” lain. Mereka mengembangkan beraneka ragam cara untuk menyebar dari satu orang ke orang lain, dan dari hewan ke manusia.

Diamond menambahkan, arti penting virus pada sejarah manusia digambarkan dengan baik oleh penaklukan dan pemusnahan penduduk Dunia Baru oleh orang-orang Eropa.

Diamond melihat bahwa pada masa itu jauh lebih banyak penduduk asli Amerika yang tewas di pembaringan gara-gara kuman manusia daripada tewas di medan pertempuran gara-gara senjata.

KLIK INI:  Motivator Lingkungan: Ambil Sisi Positif dari “Social Distancing” dengan Tetap Happiness

Kuman-kuman itu memperlemah pertahanan orang-orang Indian dengan menginfeksi sebagian besar orang dan para pemimpin mereka, banyak yang mati dan sakit.

Pada akhirnya membuat bangsa ini mudah ditaklukan oleh para penjajah. Dari penjelasan Diamond, kita harus sadar bahwa virus bisa jadi lebih berbahaya dari senjata.

Wabah yang mencekam dan tubuh yang lemah

Sekarang virus corona (covid-19) sekali lagi membuktikan bahwa tubuh manusia sangat rapuh. Bahkan sekalipun kita menjaga diri, namun yang lain bertindak seenaknya sendiri, posisi kita tetap sama-sama terancam.

Sebagaimana pendapat Steven Pinker, dalam buku Enlightenment Now : The Case For Reason, Science, Humanisme, and Progress (2018). Untuk sebagian besar sejarah manusia, kekuatan maut terkuat adalah penyakit menular. Fitur evolusi yang buruk di mana organisme kecil yang bereproduksi dengan cepat menafkahi hidup mereka dengan mengorbankan kita dan menumpang dari tubuh ke tubuh.

KLIK INI:  Platform Beras Berkelanjutan dengan Meningkatkan Kompetensi Petani

Pinker menilai, epidemi telah membunuh jutaan orang, memusnahkan peradaban, dan mendatangkan kesengsaraan mendadak pada penduduk lokal.

Wabah seperti corona misalnya, tidak memandang kelas sosial seseorang. Orang-orang kaya tidak bisa menghindar dengan tumpukan uang mereka. Menteri, pejabat, artis bahkan kolongmerat dunia bisa terinfeksi juga.

 

 

Wabah virus corona bukan hanya soal kesehatan, ini sangat terkait dengan keamanan, kesejahteraan, keberlanjutan sebuah negara bangsa bahkan umat manusia.

Dulu para leluhur umat manusia berperang melawan wabah menggunakan persembahan, penumbalan, pertumpahan darah dan dipimpin oleh para dukun.

 

 

Sejak akhir abad 18, cara bertempur  manusia mulai menunjukan jalan yang berbeda dari para pendahulu mereka.  Manusia semakin dan semakin lebih rasional.

KLIK INI:  Komunitas Lingkungan Kolaborasi Bantu Pemulung dan Petugas Persampahan Aman Corona

Sebagian besar umat manusia mulai “mau” dipimpin oleh para ilmuwan—walaupun pada zaman modern para dukun masih mendapatkan pelanggan.

Nyatanya, mereka yang rasional melawan virus dengan vaksinasi, serangan balik dilakukan, cuci tangan, kebidanan, kedokteran, pengendalian nyamuk, sanitasi dan gaya hidup sehatlah yang menyelamatkan miliaran jiwa dari kematian tragis.

12 wabah paling mencekam di dunia

Umat manusia rentan setiap kali diguncang wabah. Coba kita menelisik sejarah wabah yang paling mematikan di dunia yang tercatat oleh para ilmuwan dunia. Mari kita  telusuri  sejak tahun 430 sebelum masehi.

KLIK INI:  NIPAH Park dan MaRI, Tetap Konsisten Kedepankan Kenyamanan dan Kesehatan Pengunjung

Pertama, ada virus variola yang menyebabkan penyakit  cacar. Pada waktu itu virus variola menewaskan lebih dari 30.000 orang di Athena.

Kedua, pada tahun 541, 50 juta orang di Timur Tengah, Asia, dan Lembah Mediterania diperkirakan tewas akibat Wabah Justinian.

Ketiga, pada tahun 1334, Great Plague of London atau wabah besar London menewaskan kira-kira 25 juta penduduk Eropa.

Keempat, pada tahun 1860,  The Modern Plague atau wabah modern  telah mencabut nyawa lebih dari 12 juta orang yang tinggal  di Hong Kong, Tiongkok, dan India.

Kelima, pada tahun 1918, Pandemi Flu besar atau Flu Spanyol yang menelan korban sebanyak 50 juta nyawa di seluruh dunia.

KLIK INI:  Malam Ini, Yuk Padamkan Lampu Sejenak demi Bumi Kita!

Keenam, pada tahun 1950,  Wabah Polio menyebabkan 15.000 kasus kelumpuhan setiap tahun dengan puncaknya membunuh 3.000 orang dan menginfeksi 60.0000 orang di Amerika.

Ketujuh, pada tahun 1984, Human Immunodeficiency Virus atau HIV mulai diindentifikasi oleh para ilmuwan. Pada akhir 2018, berdasarkan data World Health Organization (WHO), HIV telah merenggut lebih dari 32 juta jiwa dan sekitar 37,9 juta orang yang hidup  mengidam HIV.

Kedelapan, pada tahun 2002, Severe Acute Respiratory Syndrome  (SARS) muncul di Tiongkok, menyebar ke Hongkong, Vietnam, Singapura, Indonesia, Malaysia, Eropa hingga Amerika Serikat. Sampai pertengahan 2003, SARS menjangkiti 8.098 orang  dan menewaskan 774 nyawa di berbagai negara.

Kesembilan, pada tahun 2009, muncul pendemik Flu H1N1 atau Flu Babi yang membantai nyawa 600 ribu orang di seluruh dunia di tahun pertama virus ini mewabah.

KLIK INI:  Memeluk Pohon, Cara India Mencintai Bumi

Kesepuluh, pada tahun 2010, Haiti dalam situasi yang sangat tragis, negara ini ditimpa bencana gempa bumi yang melumpuhkan negara tersebut dan sekaligus harus menanggung Pandemi Kolera yang menewaskan masyarakatnya sebanyak 10.000 orang.

Kesebelas, pada tahun 2014, wabah ebola memburu 30.000 orang dan membunuh sekitar 11.000 orang di Afrika Barat.

Keduabelas, pada tahun 2016, Virus zika menginfeksi 4 juta orang dalam waktu satu tahun. Virus zika dapat menyebabkan kelainan bentuk janin salah satunya mengalami kerusakan otak serius dan menyebabkan cacat fisik permanen.