Dalam sejarah dunia, kepala yang disusutkan atau diciutkan adalah ritual tradisional yang berakar pada takhayul dan misteri. Praktik ini dilakukan di wilayah Pasifik dan Amazon. Apa tujuan dari praktik yang mengerikan itu? Apakah praktik menciutkan kepala masih dilakukan hingga kini?
Apa kegunaan kepala yang diciutkan?
Tsantsa adalah kepala manusia yang terpenggal yang digunakan oleh budaya suku dalam berbagai cara. Terkadang, kepala itu digunakan sebagai piala perang atau untuk keperluan seremonial.
Dalam kasus lain, suku mungkin menggunakannya untuk menakut-nakuti musuh, menggunakan kepala sebagai ancaman.
“Kepala yang diciutkan juga digunakan dalam ritual keagamaan dan bahkan digunakan untuk tujuan perdagangan,” tulis Jesus Santillan di laman The Collector.
Budaya yang mempraktikkan ritual penciutan kepala
Perburuan kepala merupakan praktik umum di antara banyak suku kuno. Namun tindakan penyusutan kepala telah ditemukan di seluruh wilayah Pasifik dan Amazon barat laut Amerika Selatan.
Dikenal sebagai orang Jivaroan dari Jivaro, suku-suku di wilayah Amazon ini meliputi Shuar, Aguaruna, dan Huambisa. Serta Achuar dari Ekuador modern dan Peru Utara.
Ada beberapa bukti bahwa suku Aztec mempraktikkan ritual penyusutan kepala bersama dengan suku-suku di beberapa wilayah Venezuela modern. Tampaknya ini adalah tradisi yang paling sering dikaitkan dengan penduduk asli Amerika Selatan.
Apakah kepala yang diciutkan itu merupakan kepala asli dari manusia?
Ya, kepala tersebut adalah adalah sisa-sisa dari manusia asli. Jadi bila Anda melihat tsantsa di museum, kemungkinan besar itu merupakan kepala manusia. Namun ada juga tsantsa yang dibuat dari bahan lain, misalnya kepala binatang
Bagaimana cara menciutkan kepala?
Ritual kepala yang diciutkan tampaknya paling sering dikaitkan dengan perang dan takhayul di balik upaya menyingkirkan musuh. Prajurit pemburu kepala akan memenggal kepala musuh suku. Kemudian, tergantung pada ritualnya, proses penciutan pun dapat segera dimulai.
Prajurit mungkin melepas ikat kepala mereka dan memasukkannya melalui leher dan mulut kepala yang dipenggal agar mudah dibawa. Prajurit juga mungkin membuat sayatan dari belakang leher, hingga ke tengkorak, bersiap untuk membuang kulit dan rambut.
“Tengkorak yang dibuang sering kali dipersembahkan kepada anakonda,” tambah Santillan. Anakonda dianggap sebagai pemandu spiritual dalam budaya mereka. Kemudian, setelah para prajurit kembali ke suku, proses perebusan akan dimulai dengan perayaan mewah. Dalam perayaan itu, makanan dan minuman disajikan.
Pertama, kelopak mata dijahit hingga tertutup dan bibir ditusuk dengan tongkat. Kemudian, dalam panci besar berisi air mendidih, kepala direbus hingga menjadi sepertiga dari ukuran aslinya. Saat perebusan, kulit menjadi lebih gelap, kenyal, dan keras.
Proses berlanjut saat batu panas dan pasir panas ditempatkan di dalam kepala. Kedua bahan itu menciptakan efek penyamakan di bagian dalam. Lalu kepala dibentuk lebih lanjut menggunakan batu panas tambahan hingga terbentuk bentuk yang diinginkan.
Akhirnya, kepala digosok dengan arang atau diasapi di atas api hingga menghitam. Langkah ini diyakini akan mencegah jiwa korban melarikan diri dari kepala. Kemudian, kepala diletakkan di atas tongkat atau diikatkan pada tali sebagai piala, baik dibawa atau dikalungkan di leher prajurit.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menciutkan kepala?
Proses penciutan tidak memakan waktu lama sama sekali. Di sisi lain, proses ritual biasanya berlangsung sekitar 6 hari. Agar kepala mengecil, kepala hanya direbus selama sekitar 2 jam. Merebusnya terlalu lama akan membuatnya menjadi lengket dan hancur.
Meskipun tidak memakan waktu yang lama, anehnya, kepala-kepala ini langsung dibuang setelah ritual dan perayaan selesai. Namun, pengunjung dan kolektor mulai tertarik untuk memiliki kepala tersebut. Para anggota suku ini melihat peluang untuk menggunakan kepala yang diciutkan sebagai barang dalam praktik perdagangan.
Jika tidak dijual, kepala-kepala ini sering diberikan kepada hewan atau anak-anak sebagai mainan.
Perdagangan kepala ini dilarang oleh pemerintah Ekuador dan Peru pada tahun 1930-an. Tapi tampaknya tidak ada undang-undang di Ekuador atau Peru yang melarang penyusutan kepala secara langsung.
Dalam 90 tahun sejak pembuat undang-undang melarang penjualan tsantsa, praktik ini mungkin masih dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Namun, semakin banyak budaya dan agama Barat yang masuk ke daerah tersebut, semakin sedikit ritual ini dilakukan. Kemungkinan besar, kepala yang disusutkan secara autentik tidak pernah dibuat selama lebih dari 20 tahun.
Tsantsa dari Amerika Selatan merupakan komoditas yang sangat dicari oleh orang Barat. Terutama selama akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an. Jadi, suku-suku benar-benar mulai saling membunuh hanya untuk memenuhi permintaan tsantsa komersial.
Replika kepala yang diciutkan
Replika kepala yang diciutkan dapat dibuat dari bahan sintetis seperti kulit atau kain. Namun ada juga yang terbuat dari hewan seperti kungkang, babi, sapi, atau monyet. Namun, legalitas penggunaan hewan untuk tujuan ini juga dipertanyakan.
Selai itu, banyak tsantsa palsu ditawarkan dan dijual kepada kolektor dengan harga yang relatif tinggi.
Secara keseluruhan, ritual penciutan kepala ini memiliki sejarah menarik sekaligus mengerikan.