Pada beberapa bulan terakhir Perang Dunia II, pasukan Sekutu masuk lebih dalam menyudutkan pasukan Nazi Jerman bersamaan dengan Krasnaya Armiya (tentara merah) Soviet yang menyematkan militer Jerman di front Timur.
Kondisi itu membuat Adolf Hitler dan para pejabat Nazi senior prihatin. Mereka mencari upaya terakhir untuk menjaga ideologi mereka tetap membara: supernatural.
Hitler menciptakan 2 gerakan “Manusia Serigala”: pertama, sebuah kelompok tentara paramiliter resmi dan kedua, pejuang partisan ad hoc.
Meski tidak mencapai kemenangan yang mutlak, propaganda kedua kelompok itu terbukti efektif dalam menebar teror dan melemahkan spirit tentara Sekutu yang berhasil menduduki wilayah Jerman.
Sejak awal perang, Hitler memang sudah mengangkat cerita rakyat Jerman dan legenda okultisme untuk melengkapi “performa” Nazi.
Dalam buku Hitler’s Monsters: A Supernatural History of the Third Reich karya Sejarawan Eric Kurlander yang dikutip dari Smithsonian Magazine, di antara pesona mitologi yang disajikan Hitler adalah “Manusia Serigala”.
Kurlander menulis, “Berdasarkan para pakar folklor Jerman abad ke-19 dan awal abad 20, manusia serigala mewakili bentuk kecacatan, namun dengan cara yang sangat tepat meski bengis, berkaitan dengan hutan, darah dan tanah.”
Terminologi “Manusia Serigala” nyatanya dikatakan Kurlander sebagai perwakilan dari kekuatan dan kemurnian Jerman dalam melawan penyusup.
Bagaimana tim “Manusia Serigala” bekerja?
Citra “Manusia Serigala” selalu digunakan Hitler berulang kali; mulai dari nama salah satu markasnya, “Wolf’s Lair” (Sarang Serigala) sampai “Operation Werewolf” pada Oktober 1944.
Operasi “Manusia Serigala” itu dilakukan untuk menyusupkan Letnan SS Nazi Adolf Prützmann dan Otto Skorzeny ke kamp-kamp Sekutu dan menyabotase jalur pasokan menggunakan tim tentara paramiliter.
Skorzeny sendiri pernah melakukan operasi macam itu pada tahun 1943 dan berhasil memimpin sebuah kelompok kecil untuk menyelamatkan Benito Mussolini dari penjara di Italia.
Faktanya, taktik Hitler menggunakan citra “Manusia Serigala” bukanlah untuk memenangkan perang dengan operasi gerilya.
Menurut Sejarawan Perry Biddiscombe dalam Werewolf! Sejarah Gerakan Gerilya Sosialis Nasional 1944-1946, Hitler hanya ingin menunda musuh masuk untuk memungkinkan penyelesaian politik yang menguntungkan pihak Jerman.
Meski ujung-ujungnya kalah, salah satu upaya dengan citra makhluk mitologi itu pernah sempat berhasil. Upaya itu berdasarkan propaganda salah satu pejabat Nazi terdekat Hitler, Joseph Goebbels.
Pada awal tahun 1945, siaran radio nasional Jerman mendesak semua warga sipil untuk bergabung dalam gerakan “Manusia Serigala” melawan Sekutu, bergerak bersama pejuang partisan.
Bahkan, berkat siaran seorang penyiar wanita di radio Jerman, tentara Amerika percaya bahwa “Manusia Serigala” Jerman bukanlah mitos!
“Saya sangat biadab, saya dipenuhi dengan amarah. Lily si Manusia Serigala adalah nama saya. Saya menggigit, saya melahap, saya tidak jinak. Gigi-gigi saya menggigit lawan!” ungkap penyiar wanita tersebut.
Meskipun Jenderal AS George Patton mengeklaim bahwa “ancaman manusia serigala dan pembunuhan adalah omong kosong,” media dan militer Amerika menganggap serius ancaman pejuang partisan.
Sebuah laporan intelijen AS pada Mei 1945 menegaskan, “Organisasi Serigala bukanlah mitos.”
Beberapa otoritas AS melihat para pejuang gerilya sebagai ”salah satu ancaman terbesar bagi keamanan baik di Zona Pendudukan Amerika maupun Sekutu”, tulis Sejarawan Stephen Fritz dalam Endkampf: Soldiers, Civilians, and the Death of the Third Reich.
Akan tetapi, karena birokrasi Nazi makin kacau dan karena persediaan militer semakin menipis, kekuatan “Manusia Serigala” tidak bisa membendung kekuatan Sekutu.
Walau propaganda “Manusia Serigala” mampu menggapai tujuan Goebbels dalam mengintimidasi pasukan Sekutu, hal itu tetap tidak bisa membantu banyak warga sipil Jerman.
Meski begitu, aksi teror dari tim “Manusia Serigala” ini masih berlanjut sampai tahun 1947, dengan perkiraan sebanyak ribuan korban tewas.
Ketika Perang Dunia II berakhir, “Manusia Serigala” Nazi tinggal menjadi kenangan aneh yang tersisa dari mimpi buruk perang.
Apalagi bagi media dan politisi AS, kenangan aneh gerakan “Manusia Serigala” seringkali membayangi pemimpin AS dalam konflik politik maupun perang yang mereka jalani.
Misal, selama Perang Irak saat pemerintahan Bush, Presiden AS itu kerap membandingkan pemberontak Irak dengan terminologi “Manusia Serigala”.
Bahkan kini, para analis juga menggunakan terminologi Serigala Nazi sebagai pembanding bagi ekstremis ISIS.